Selasa, 13 November 2012

Kredibilitas penduduk kufah pada masa fitnah kubro di mata Sahabat, Tabi'in dan Tabi'ut Tabiin

Masa Fitnah Kubro adalah salah satu masa terkelam dalam sejarah peradaban Islam, bukan saja karena besarnya peristiwa yang terjadi pada saat itu, tapi juga dampaknya masih berbekas hingga saat ini, yaitu terbentuknya firqoh sesat seperti syiah dan khawarij

Masa fitnah Kubro menurut Imam Ath-Thobari dalam Tarikh Rusul Wal Muluk diawali dari terbunuhnya Umar, Utsman, Ali, Perang Jamal, Perang shifin dan masa awal berkuasanya muawiyah.

Banyak versi sejarah yang beredar di kalangan ummat. Semua versi sarat kepentingan. Syiah, orientalis dan zindiq adalah pihak-pihak yang memperkeruh suasana, sehingga mengaburkan ummat akan kelurusan akidah pihak2 yang terlibat di dalamnya. Sehingga penulisan sejarah oleh pihak2 yang menyesatkan itu menimbulkan syubhat di kalangan muslimin: apakah benar, para sahabat yang dibina langsung oleh Rasulullah, ternyata haus kekuasaan, iri dengki, dan menghalalkan darah sesama muslimin?

peran Kufah pada saat itu sangat sentral. Kufah adalah bekas pusat kerajaan Persia yang dikalahkan Umar Ra pada abad 1 H. Mayoritas penduduk kuffah masuk Islam, termasuk elit-elit kerajaan Persia. Namun sayangnya, meskipun secara lahir mereka muslim, dalam hatinya mereka memendam kebencian yang amat dalam kepada Islam dan Muslimin. Karena, Islamlah yang menghancurkan kedudukan dan martabat mereka sebagai tuan di era persia.

untuk itu mereka menyebarkan fitnah dan menyulut api perselisihan di antara kaum muslimin setiap ada kesempatan, menyusupkan paham-paham sesat dan berita2 bohong yang sasarannya adalah merusah sejarah hidup para salafus sholih. Diantara mereka itu adalah, Abdulkarim Bin Abi al-'Auja, ketika akan dihukum mati oleh Muhamad bin Sulaiman, mengaku telah memalsukan 4000 hadits. (imam ath-thobary-tarikh rusul wal muluk, hal 488-489) 

inilah pendapat para sahabat dan tabiin, tabi'ut tabiin tentang penduduk kufah pada masa itu:

1. Sayidah 'Aisyah Ra berkata: Wahai penduduk Irak, penduduk Syam lebih baik dari pada kalian, banyak sahabat Rasul yang datang kepada mereka, lalu mereka ceritakan kepada kami apa yang kami ketahui. Sedangkan pada kalian, Sedikit sahabatnya yang datangm namun kalian menceritakan kepada kamm tentang apa yang kami ketahui dan yang tak pernah kami ketahui (Dr Muhamad Amhazun, Tahqiq Mawaqif Shahabah Fi Al-Fitnah, hal 29)

2. sekelompok penduduk Irak datang menghadap Abdullah bin Amr Bin Ash di mekkah, meminta ia menceritakan sesuatu kepada mereka, lalu ia menjawab: "Bahwa diantara penduduk Irak terdapat orang-orang yang berdusta, mendustakan, dan melecehkan" (Tarikh At-Thobary hal 461)

3. Kepada Ibnu Abbas pernah dibawakan sebuah kitab dari Kufah yang memuat tentang kompilasi hukum yang diputuskan Ali, maka ia menghapus isi kitab itu kecuali sebatas hasta ((Tarikh Khilafah)

4. Al-A'Masy (Sulaiman bin Mihran) menyebutkan, ia pernah melihat seorang syeikh Kufah mengubah hukum Ali mengenai wanita tertalaq tiga dan mengklaim ada orang-orang yang mendorongnya untuk berbuat demikian (Tarikh At-Thobary hal 459)

5. Al-Zuhri menyebutkan: "Apabila anda mendengar hadits Irak, maka tolaklah, tolaklah (Ibnu Hazm, Al-Fashl fi Al-Milal, juz 4 hal 157-158)

6. Imam Malik memperingatkan mengenai hadits-hadits yang berasal dari Irak, sehingga ia memandangnya berkedudukan sama dengan hadits-hadits ahli kitab, artinya tidak dibenarkan dan tidak didustakan ( Ibnu Qutaibah, Al Imamah Wal Siyasah Juz 1 hal 113)

7. Abd Rahman bin Mahdi mengatakan kepada imam Malik, bahwa hadits yang ia dengar di Madinah selama 40 hari, ia dengar dalam 1 hari di Irak, (Tarikh At-Thobary, Juz 4 hal 438)

8. Ibnu Taimiyah berkata:

"Jumlah terbanyak ahlurra'yi berasal dari Kufah, karena hal itu merupakan tradisi penduduknya di samping faham kesyi'ahan (tasyayyu') yang ekstrim, dan banyak kedustaan dalam riwayat (Al-Zahabi Tarikh Al-Islam, Juz 1 hal 168)

Tidak ada di negeri lain, orang pendusta yang lebih banyak dari pada di Irak. ( (Tarikh At-Thobary, Juz 4 hal 438)

demikian penilaian sahabat dan para tabiin tentang tabiat penduduk irak/kufah pada masa itu. Itu pulalah yang terjadi pada masa Husein Ra, sebagaimana nasihat Muhammad bin Ali bin Abi Thalib yang populer dengan gelar Ibnu al-Hanif, ketika menasihatkan beliau al-Husein radhiyallahu ‘anhum dengan mengatakan:  
“Wahai saudaraku, penduduk Kufah sudah Anda ketahui betapa pengkhianatan mereka terhadap bapakmu Ali radhiyallahu ‘anhu dan saudaramu al-Hasan radhiyallahu ‘anhu. Saya khawatir nanti keadaanmu akan sama seperti keadaan mereka sebelumnya!” (Al-Luhuuf; oleh Ibn Thawus; hal. 39. Asyuura’; oleh al-Ihsa-i; hal. 115. Al-Majaalisu al-Faakhirah; oleh Abdu al-Hu-sein; hal. 75. Muntaha al-Amaal; (1/454). Alaa Khathi al-Hu-sain hal.96.110) Al-Majaalisu al-Faakhirah; hal.79. ‘Alaa Khathi al-Husain; hal 100. Lawaa’iju al-Asyjaan; oleh al-Amin; hal. 60. Ma’aalimu al-Madrasatain (3/62)

wallahu a'lam..